![]() |
Foto: Istimewa |
Penulis: Nabila Nur Khasanah
Di sudut sepi sebuah ruang,
Terpaku jendela tua penuh kenang,
Kusen kayunya retak dimakan waktu,
Kacanya buram, berdebu rindu.
Namun di balik rapuhnya bingkai,
Terbentang dunia tanpa batasan,
Langit jingga, samudra biru,
Dan bintang-bintang menari berkilauan.
Jendela itu bukan sekadar kayu dan kaca,
Ia pintu rahasia bagi jiwa yang berani bertanya,
Tentang mimpi yang belum sempat diukir,
Tentang harapan yang senantiasa hadir.
Angin berbisik pelan di sela celahnya,
Membawa kisah dari masa lampau dan masa depan,
Mengundang hati untuk melangkah,
Menyusuri jejak yang tidak terlihat mata.
Terkadang, jendela tua bukan tanda usang,
Melainkan gerbang menuju ruang terang,
Di mana imajinasi bebas berlayar,
Tanpa takut dan terus bersinar.
Tataplah lebih dalam, jangan ragu,
Di sanalah awal dari segala sesuatu,
Karena dalam jendela tua yang sederhana,
Tersembunyi semesta, penuh warna dan makna.