MAYANTARA-Dalam era digital yang penuh dengan banjir informasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi sangat penting, terutama dalam dunia jurnalisme.
Hal ini ditekankan oleh Najwa Shihab, jurnalis terkemuka dan pendiri media Narasi, dalam workshop bertajuk "Kritis dan Kreatif: Kunci Jurnalisme Berdampak" yang diadakan oleh Narasi Academy bekerja sama dengan Grab.
Acara ini berlangsung di
Laboratorium Bigdata Analytics, Fisipol UGM, Yogyakarta, Selasa (10/09/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Najwa Shihab menguraikan pentingnya kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan kreativitas (creative thinking) bagi setiap individu, khususnya bagi para jurnalis di era digital ini.
"Creative thinking adalah
skill yang perlu dimiliki oleh siapapun, profesi apapun, dalam melakukan
tindakan apapun, terutama di hari-hari ini, di mana kita dibombardir oleh
informasi," jelas Najwa di depan para peserta workshop yang sebagian besar
adalah mahasiswa muda.
Pentingnya Critical Thinking di Era Tsunami Informasi
Najwa menyoroti betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam memilih dan memilah informasi di tengah-tengah banjir informasi yang terjadi sepanjang hari.
"Otak kita bekerja 24 jam mencerna informasi yang ada. Kita tahu apa yang terjadi di berbagai belahan dunia, dari Palestina hingga Ukraina," ungkapnya.
Dengan begitu banyaknya informasi yang masuk, kemampuan untuk
memilih informasi yang relevan dan kredibel menjadi sangat krusial.
Ia juga mengaitkan kemampuan berpikir kritis dengan insting bertahan hidup manusia sejak zaman purba.
"Dari zaman manusia purba, kita sudah memiliki tugas untuk mendeteksi mana hewan buas yang harus dihindari dan bagaimana cara mempertahankan hidup," ujar Najwa.
Kemampuan ini, menurut Najwa, tetap
relevan hingga sekarang, terutama bagi jurnalis yang bertugas untuk mencari,
mengolah, dan menyajikan informasi kepada publik.
Jurnalisme Berdampak
Dalam konteks jurnalisme, Najwa menjelaskan bahwa jurnalisme tidak hanya sekadar menyampaikan berita, tetapi juga harus berdampak.
“Kemampuan seorang wartawan untuk bisa
memaparkan informasi yang berdasarkan proses yang benar sehingga publik bisa
mengambil pilihan, menentukan keberpihakan, mengambil tindakan, mengeluarkan
suara," jelasnya.
Najwa memberikan contoh jurnalisme berdampak melalui karya investigasi yang dilakukan oleh tim Narasi.
Salah satu contohnya adalah investigasi tragedi Kanjuruhan, di mana Narasi merangkai berbagai video dari jurnalisme warga untuk membuktikan bahwa tragedi yang menewaskan 135 orang di stadion tersebut disebabkan oleh gas air mata yang ditembakkan oleh polisi.
Contoh lain adalah investigasi terhadap kasus Sambo yang berhasil mengungkap rekaman CCTV dan berujung pada penjatuhan hukuman penjara seumur hidup kepada seorang polisi.
"Itulah
contoh jurnalisme berdampak," tegas Najwa.
Agenda Setting: Menentukan Isu yang Penting untuk Publik
Selain jurnalisme investigatif, Najwa juga menyoroti pentingnya peran jurnalis dalam agenda setting, yaitu kemampuan untuk menentukan isu apa yang penting untuk diperhatikan publik.
“Agenda setting adalah menujukan ke publik isu-isu yang perlu dikawal,” jelasnya.
Kesadaran publik yang terbentuk dalam waktu singkat
dapat mempengaruhi perubahan kebijakan, seperti yang terjadi pada revisi
Undang-Undang Pilkada yang berhasil digagalkan karena desakan massa.
Kreativitas dalam Jurnalisme: Menarik Perhatian di Tengah Konten yang Melimpah
Najwa juga menekankan pentingnya kreativitas dalam jurnalisme.
“Tugas jurnalis adalah membuat hal penting menjadi menarik sehingga orang lain ikut merasa itu penting,” kata Najwa.
Di era di mana perhatian audiens sangat sulit didapatkan,
jurnalis harus mampu menyajikan informasi penting dengan cara yang menarik agar
bisa mendapatkan perhatian publik.
Pada akhir sesi, Najwa memberikan pesan kepada para peserta untuk terus mengasah kemampuan kritis dan kreatif mereka.
Menurutnya, jurnalisme yang berdampak adalah
jurnalisme yang mampu memberikan informasi yang kredibel dan relevan bagi
masyarakat, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan-keputusan penting dalam
hidup mereka, mulai dari hal-hal sehari-hari hingga kebijakan publik.
Workshop yang diadakan oleh Narasi Academy dan Grab di Laboratorium Bigdata Analytics Fisipol UGM ini menekankan bahwa di era digital ini, kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah kunci untuk jurnalisme yang berdampak.
Jurnalisme yang tidak hanya menyajikan berita tetapi juga mengarahkan isu-isu penting kepada publik, membantu mereka membuat keputusan berdasarkan informasi yang benar.
Dengan
begitu, jurnalisme dapat menjadi alat untuk perubahan sosial yang nyata.***
Editor : I.K Nino Sativara