Ilustrasi pertemanan. (Sumber: pixabay.com) |
Penulis: Sayyida Aulia
MAYANTARA- Dalam era digital yang serba cepat, dunia pertemanan tidak lagi sekadar berkumpul atau bahkan bertukar cerita.
Kehadiran teknologi telah memperluas jangkauan hubungan sosial dan interaksi sosial , tetapi juga membawa tantangan baru dalam menjaga keseimbangan dan batasan pribadi.
Salah satu tren yang semakin berkembang dalam pertemanan modern ialah boundary setting, atau bisa disebut penetapan batasan yang jelas dalam hubungan pertemanan.
Boundary setting dalam pertemanan mencakup segala hal, mulai dari batas waktu , batasan fisik, batasan materi, frekuensi komunikasi, ruang emosional dan pribadi yang harus dihormati oleh kedua belah pihak.
Banyak orang kini mulai memahami bahwa meskipun pertemanan adalah bagian penting dari hidup, hubungan yang sehat membutuhkan batasan yang jelas untuk mencegah kelelahan emosional dan menjaga kualitas interaksi.
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa batasan dalam pertemanan itu tidak terlalu penting karena menandakan jarak emosional.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, boundary setting kini dipandang sebagai bentuk perawatan diri yang penting.
Banyak orang merasa tertekan untuk selalu ada bagi teman-temannya, baik dalam bentuk dukungan emosional, waktu, maupun tenaga.
Akibatnya, hubungan pertemanan yang tidak memiliki batasan bisa berubah menjadi beban dan menyebabkan friendship burnout , keadaan di mana seseorang merasa kewalahan dalam pertemanan.
Mengapa boundary setting menjadi tren? Salah satu alasannya ialah karena meningkatnya kesadaran seseorang akan pentingnya keseimbangan hidup.
Orang-orang mulai memahami bahwa mereka berhak menjadi diri sendiri tanpa merasa bersalah. Ini termasuk menentukan kapan mereka ingin bersosialisasi dan kapan mereka membutuhkan waktu untuk diri sendiri.
Apalagi dalam era saat ini, komunikasi bisa berlangsung setiap hari selama 24 jam seminggu melalui media sosial, maka sangat diperlukan menetapkan batasan seperti kapan harus membalas pesan atau berapa lama harus bertemu secara langsung menjadi salah satu langkah penting.
Dr. John Townsend, Ph.D., bersama dengan Dr. Henry Cloud dalam bukunya yang berjudul "Boundaries: When to Say Yes, How to Say No to Take Control of Your Life"menyebutkan pentingnya boundary setting dalam berbagai hubungan, termasuk pertemanan.
Dr. Townsend menyoroti bagaimana menetapkan batasan yang sehat dalam pertemanan bisa membantu menjaga keseimbangan dan menghindari ekspektasi yang tidak realistis.
Batasan ini membantu kita melindungi kesehatan emosional dan menjaga hubungan agar tetap saling mendukung tanpa beban berlebihan.
Namun, meski boundary setting memberikan banyak manfaat, masih ada tantangan dalam penerapannya. Sebagian orang merasa tidak nyaman menetapkan batasan karena takut dianggap tidak peduli atau menjauhkan diri dari teman-teman.
Padahal, menegaskan batasan dalam pertemanan justru bisa meningkatkan kualitas hubungan, karena masing-masing pihak akan merasa lebih dihargai dan tidak terjebak dalam sebuah ekspetasi yang berlebihan.
Boundary setting adalah tren yang memungkinkan pertemanan untuk tetap langgeng, kuat, dan sehat. Dengan batasan yang tepat, kita bisa terus menjalin hubungan yang bermakna tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi.
Tren ini menunjukkan bahwa menjaga diri tidak berarti menjauh dari orang lain, melainkan menciptakan ruang dan suasana yang sehat untuk tumbuh bersama dalam pertemanan yang saling menghargai.***
Editor : I.K Nino Sativara