LPM Mayantara

LPM Mayantara

Dua Dunia di Meja Belajar

 

Ilustrasi meja belajar (Foto : pexels.com)

Penulis: Nabila Nur Khasanah

MAYANTARA- Di sebuah meja belajar yang selalu dipenuhi kertas-kertas dan buku, hiduplah empat sahabat setia: Pensil, Penghapus, Pulpen, dan Kertas. Mereka selalu bersama membantu dua pemilik mereka, seorang anak bernama Ali dan kakaknya yang sudah dewasa, Siti.

Setiap hari, Ali dan Siti duduk di meja itu untuk menulis, menggambar, dan belajar. 

Namun, cara mereka menggunakan alat tulis sangat berbeda. Ali, yang masih bersekolah dasar, lebih sering menggunakan Pensil dan Penghapus. Sedangkan Siti, yang sudah bekerja sebagai penulis, lebih sering menggunakan Pulpen.

Setiap kali Ali duduk di meja, ia selalu mencari Pensil dan Penghapusnya terlebih dahulu. 

“Aku ingin menggambar sesuatu yang keren hari ini!” seru Ali penuh semangat. Ia mulai menggambar sebuah mobil balap, tetapi tak lama kemudian, ia merasa ada yang salah dengan gambarnya.

“Aduh, kok jadi begini?” gumam Ali. Dengan cepat, ia mengambil Penghapus dan mulai menghapus bagian yang tidak ia sukai. 

Penghapus bekerja keras, menghilangkan garis-garis yang dianggap Ali sebagai kesalahan, memberikan ruang bagi Pensil untuk mencoba lagi.

“Jangan khawatir, Ali,” kata Pensil. “Kamu bisa mencoba lagi sampai kamu puas dengan hasilnya.”

Sementara itu, di sisi lain meja, Siti sedang menulis bab baru untuk novel yang sedang ia kerjakan. Ia dengan tenang menggerakkan Pulpen di atas Kertas, menciptakan kata-kata yang indah dan cerita yang menawan. 

Pulpen merasa bangga bisa membantu Siti menulis dengan percaya diri.“Lihat, Ali,” kata Siti sambil mengangkat pulpen. 

“Ketika kamu sudah lebih percaya diri dan mahir, kamu akan bisa menulis dengan pulpen seperti aku. Tulisanmu akan lebih tegas dan permanen.”

Ali memandang kakaknya dengan mata berbinar. “Jadi, aku juga akan bisa menggunakan pulpen suatu hari nanti?”

Siti tersenyum lembut. “Tentu saja. Setiap orang memulai dengan pensil karena kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Ketika kamu sudah lebih percaya diri dan mahir, kamu akan mulai menggunakan pulpen untuk menulis dan menggambar dengan lebih pasti.”

Mendengar percakapan itu, Pensil dan Penghapus merasa bangga telah menjadi bagian penting dari perjalanan belajar Ali. Pulpen juga merasa senang bisa membantu Siti dalam tahap yang lebih lanjut dari perjalanan kreatifnya.

Namun, perjalanan belajar Ali tidak selalu mulus. Suatu hari, ia mendapat tugas dari sekolah untuk membuat sebuah poster tentang pendidikan. Ali merasa ini adalah tugas yang sangat penting dan ia ingin hasilnya sempurna. 

Ia menghabiskan berjam-jam menggambar dan menulis di atas Kertas, tetapi terus-menerus menghapus dan menggambar ulang karena merasa hasilnya belum memuaskan.

Melihat adiknya frustasi, Siti mendekati Ali dan meletakkan tangan lembut di pundaknya. “Ali, kamu tidak perlu khawatir jika hasilnya tidak sempurna. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Ingat, dengan setiap kesalahan, kamu belajar sesuatu yang baru.”

Ali menghela napas dalam-dalam dan mengangguk. Dengan dukungan Siti, ia merasa lebih tenang dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia terus menggunakan Pensil dan Penghapusnya, mencoba berbagai ide hingga akhirnya ia merasa puas dengan hasilnya.

Beberapa tahun berlalu, dan Ali tumbuh menjadi remaja yang lebih percaya diri. Ia mulai lebih sering menggunakan Pulpen untuk menulis catatan sekolah dan bahkan menggambar dengan tinta. Pensil dan Penghapus masih sering ia gunakan, terutama saat mencoba hal-hal baru atau menggambar sketsa dasar.

Suatu hari, saat Siti sedang merapikan meja belajarnya, ia menemukan sebuah gambar lama yang dibuat Ali dengan pensil. “Lihat, Ali,” katanya sambil menunjukkan gambar itu. “Ini adalah salah satu gambar pertama yang kamu buat. Lihatlah betapa jauhnya kamu berkembang.”

Ali tersenyum melihat gambarnya yang dulu. “Aku ingat gambar ini. Aku sering menghapus dan menggambar ulang. Terima kasih, Pensil dan Penghapus, kalian sudah banyak membantuku.”

Pensil dan Penghapus merasa bangga dan bahagia. Mereka tahu bahwa meskipun Ali kini lebih sering menggunakan Pulpen, mereka tetap memiliki peran penting dalam perjalanan belajarnya.

Di meja belajar itu, persahabatan antara Pensil, Penghapus, Pulpen, dan Kertas terus berlanjut. Mereka adalah saksi bisu dari proses belajar dan tumbuh, memberikan makna pada setiap goresan tinta dan grafit di atas kertas. Dari masa kanak-kanak hingga dewasa, mereka mendukung setiap langkah Ali dan Siti, memastikan bahwa setiap mimpi dan cerita mereka bisa tertulis dengan indah.


Editor: Fadillah Indiyuni Astuti