Ilustrasi puisi. (Foto: pixabay.com) |
Penulis : I.K Nino Sativara
Kepada malam dan desir angin yang menghantam dada
Kembalikanlah sikap ksatria dan jiwa kesejatian yang pernah ada
Kalbu semakin hari semakin abu-abu
Menikmati suramnya setiap nafsu yang menggebu
Bila mungkin pikiran nampak seperti sungai yang jauh
mengalir
Bukan tidak mungkin banjir besar terjadi di hadapan karena hati yang getir
Hati ini semaki retak menahan derasnya pilu
Bendungan ragu yang kian waktu semakin merusak, meleburkan karsa semu
Pagi hari mungkin tak lama lagi, ketika kedua anugerah Tuhan
menuliskan sajak rindu
Kemanakah perginya kesejatian?
Bukannya baru kemarin kau tiba
Mengantarkan insan kepada puncak roda kehidupan yang sarat akan goda dunia
Kemanakah perginya romansa?
Bilamana kehendak bertentangan dengan kebutuhan,
bidadari mana yang mau bersanding dengan prajurit rendahan?
Aku tak pantas lagi menatap hari lalu
Sebab menyesali hanya akan menghabiskan waktu
Aku keliru bila menakuti hari yang akan datang
Sebab mengkhawatirkannya tak lebih dari imajinasi yang melayang
Aku ingin hidup hari ini
Menikmati setiap lantunan merdu kicau burung kenari
Aku ingin menjadi diri sendiri
Entah setinggi apapun ombak yang ku lewati biarlah semua ini terjadi
Semuanya biarlah seperti apa adanya
Kehendak yang tak bisa lagi ku sebut dalam nurani
Biarlah tergores kisah sesuai Sang Ilahi
Kepasrahan sering disalahartikan menyerah
Keberanian melangkah sering dianggap gegabah
Jadi kemana kompas yang harus ku tuju?
Satu-satunya ia hanyalah pada tanya yang terus muncul dalam kalbu