LPM Mayantara

LPM Mayantara

Evaluasi Indeks Kualitas Udara di Kota Surakarta : Tantangan dan Solusi dalam Memerangi Polusi Udara yang Kian Parah

Ilustrasi polusi udara di Kota Surakarta. (Foto : pixabay.com)


Penulis : Imam Hadi Santoso

MAYANTARA- Polusi udara merupakan isu lingkungan yang secara global semakin mendapatkan perhatian khusus di berbagai kota di dunia. Kota-kota besar sering kali menghadapi masalah serius terkait kualitas udara yang dapat berdampak negatif pada kesehatan penduduk dan ekosistem. Salah satu kota di Jawa Tengah yang tengah menghadapi tantangan ini adalah Surakarta, atau yang lebih dikenal dengan nama Solo.

Dilansir dari laman IQAir, indeks kualitas udara atau Air Quality Index (AQI) di Kota Surakarta berada di angka 81 AQI US. Nilai indeks kualitas udara tersebut masih tergolong dalam level sedang.

Sedangkan konsentrasi PM2.5 (Particulate Matter 2,5; partikel udara yang lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer) di Kota Surakarta saat ini adalah 26,4 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut sudah melebihi nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Pada tahun 2021, WHO merilis pedoman parameter kualitas udara dengan ambang batas PM 2.5 sebesar 15 mikrogram per meter kubik. Adapun standar pemerintah Indonesia berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22/2021 sebesar 55 mikrogram per meter kubik.

Faktor Penyebab Polusi Udara

Sejumlah faktor turut memengaruhi adanya penurunan kualitas udara di kota bengawan. Faktor pertama adalah adanya lonjakan jumlah kendaraan bermotor. Tingginya jumlah kendaraan berkontribusi pada emisi gas buang, terutama pada jam-jam sibuk seperti pagi hari dan sore hari.

Faktor kedua yakni aktivitas industri. Sebagai pusat ekonomi dan industri, aktivitas pabrik dan usaha di Surakarta juga berperan dalam meningkatnya polusi udara. Limbah industri dan partikulat udara yang dihasilkan dapat mencemari udara sekitar.

Yang ketiga ialah pembakaran sampah yang masif dilakukan oleh masyarakat. Praktik pembakaran sampah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan emisi polutan berbahaya, seperti partikel PM2.5 dan gas beracun yang berkontribusi pada polusi udara.

Dampak yang Ditimbulkan

Dengan adanya sejumlah faktor tersebut, dampak yang ditimbulkan dapat memengaruhi sejumlah lini kehidupan.

Dampak pertama yang muncul adalah pada kesehatan masyarakat. Tingkat polusi udara yang tinggi dapat berdampak buruk pada kesehatan penduduk. Penyakit pernapasan, alergi, dan masalah kardiovaskular menjadi lebih umum di daerah dengan polusi udara yang parah.

Dampak berikutnya yakni efek terhadap ekosistem. Polusi udara juga memiliki dampak negatif pada lingkungan sekitar. Tumbuhan dan hewan dapat terpengaruh, mengakibatkan penurunan kualitas tanaman dan produktivitas pertanian.

Solusi dan Upaya Penanggulangan Polusi Udara

Dengan adanya penurunan kualitas udara, bukan berarti segalanya berakhir. Sejumlah solusi dapat digunakan agar dapat mengembalikan kualitas udara yang baik.

Cara pertama yang dapat dilakukan adalah mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan. Penggunaan transportasi berkelanjutan seperti sepeda, jalan kaki, dan transportasi umum yang ramah lingkungan dapat mengurangi jumlah emisi dari kendaraan pribadi.

Solusi kedua adalah melakukan pengawasan secara ketat terhadap setiap kegiatan industri. Peningkatan pengawasan terhadap kegiatan industri untuk memastikan bahwa standar emisi terpenuhi dapat membantu mengurangi kontribusi polusi udara dari sektor ini.

Solusi lain yang ditawarkan yakni dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik, termasuk daur ulang dan pembuangan yang aman, dapat mengurangi praktik pembakaran sampah yang merugikan.

Tingkat polusi udara di Kota Surakarta merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera. Dengan mengadopsi solusi yang berfokus pada transportasi berkelanjutan, pengawasan industri, dan pengelolaan sampah yang baik diharapkan Kota Surakarta dapat mengurangi dampak negatif dari polusi udara terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, menuju kota yang lebih bersih dan sehat.***

Editor : I.K Nino Sativara