Penulis: Mutiari Putri Pinasti
MAYANTARA- Garis polisi yang melintang di SMA Bina Bangsa setelah festival seni siswa selesai diselenggarakan.
Kematian Sovia Anderson Morgan, putri seorang mafia besar bernama Daniel Morgan menimbulkan banyak tanda tanya.
Semua
siswa terutama teman dekat Sovia merasa terpukul atas kematiannya yang
mendadak.
Sovia
terkenal sebagai gadis yang ceria, hangat, cerdas, dan tidak pernah sombong meski
ia lahir dari keluarga konglomerat.
Ia
juga anak bungsu kesayangan ayahnya.
Saat
itu, setelah ia meminum segelas cheese tea tiba-tiba mulutnya berbusa seperti
orang yang keracunan.
Namun jika benar minuman itu beracun, siswa lain tak ada yang mengalami kejadian serupa.
Daniel
mengerahkan semua pesuruh untuk terus menelusuri kematian putrinya.
Ia tak tinggal diam melihat kematian putrinya yang tak wajar itu.
Ketika
semua dihebohkan dengan kematian Sovia, hanya Grace Aurora yang nampak tenang.
Grace
adalah salah satu siswi yang tak menyukai Sovia, semua itu terjadi saat mereka
berdua naik ke bangku SMA namun Sovia mencampakan hatinya ketika mendapatkan
temen baru yaitu Issabela dan Natalie.
Hatinya terasa tersayat melihat sahabatnya dari kecil sampai hati melakukan hal seperti itu, apalagi melihat banyak sekali pujian dari para guru dan ketika pria pujaan hati Grace juga turut menyanjung Sovia.
Hari
demi hari Penelusuran tentang kematian Sovia terus berlanjut, namun masih tak
kunjung menemukan jawaban.
Setelah
kejadian itu, seluruh siswa SMA Bina Bangsa sering kali seperti melihat Sovia
datang lagi ke sekolah padahal semua sudah mengetahui jika Sovia telah
meninggal.
Siswa
siswi di sana juga kerap menerima teror yang entah siapa dan dari mana
pengirimnya.
Mereka semua meyakini bahwa itu adalah arwah Sovia yang tengah mencari pembunuh dirinya.
Lain
tempat, di kediaman Daniel Morgan yang masih berduka atas kematian putri
bungsunya.
Olivia
Anderson Morgan yakni putri sulung Daniel pun juga turut bersedih melihat
kematian adik kandungnya yang secara tiba-tiba itu.
Namun, selang
beberapa waktu Olivia menuju kamarnya dilantai atas.
Ia
menutup pintu kamarnya rapat-rapat kemudian menelepon seseorang yang entah itu
siapa.
"Misi
kita sudah dimulai, apa yang akan kita lakukan selanjutnya" Ucap seseorang
dari seberang.
"Biar aku yang melakukan rencana selanjutnya" Usai menjawab tersebut, Olivia menutup obrolannya.
Sambil
tersenyum sinis, Olivia memandang foto dirinya bersama Sovia semasa kecil sambil
bergumam "Sekarang sudah tidak ada lagi yang akan menggantikan posisiku
sebagai putri kesayangan di keluarga ini."
Entah sandiwara apa yang tengah dimainkan oleh Olivia kali ini.
Keesokan harinya, Issabela dan Natalie berangkat sekolah bersama.
Setelah
kematian Sovia, mereka berdua juga jarang pergi keluar bahkan hanya sekedar
nongkrong di kafe seperti yang sering mereka lakukan dulu.
Selang
beberapa waktu Issabela menerima telepon dari nomor asing dan ia segera
mengangkatnya.
"Haloo"
"Kamu
harus mati" Suara dari telepon Issabela
"Apa
maksud kamu? Siapa ini?" Sahut Issabela mendengar kalimat yang mengejutkan
tersebut.
Belum
sampai dijawab namun telepon sudah dimatikan secara sepihak.
Wajah
Issabela nampak pucat pasi, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.
"Apa
yang terjadi denganmu? Apa yang orang itu katakan bell?" Tanya Natalie
dengan penasaran
"Tidak,aku
tidak apa-apa." Sahut Issabela.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas.
Issabela
nampak gugup dan jalan tergesa-gesa menuju rooftop di sekolahnya.
Disana
ia bertemu dengan seorang wanita yang memakai baju serba hitam dan mengenakan
masker, sampai tak nampak siapa sebenarnya orang yang Issabela temui secara
diam-diam itu.
Entah
apa yang mereka bicarakan di sana.
Tak
lama kemudian ada suara langkah kaki mendekat, wanita misterius yang Issabela
temui tersebut segera bersembunyi.
"Bell, kamu
ngapain disini sendirian?" Tanya Natalie.
"Ehh, Nat.
Lagi cari angin aja nih" Jawab Issabela dengan wajah gugup.
"Yaudah
ke kelas aja yuk, bentar lagi pelajarannya pak Arif loh ntar kalo telat bisa
dihukum kita."
Issabela pun mengangguk lalu mereka bergegas pergi ke kelas.
Usai
jam pelajaran para siswa pun istirahat.
Ada yang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sedari jam pelajaran sudah lapar, ada yang pergi ke perpustakaan, ada pula yang hanya di ruang kelas untuk memakan bekal yang mereka bawa dari rumah.
Terlihat
Grace yang tengah berjalan menuju kantin.
Ia
membeli segelas cheese tea favoritnya saat di kantin.
"Hai, Grace"
sapa seorang gadis.
"Oh, hai
Selin" sambungnya.
"Eh, kamu
ga takut apa beli cheese tea. Kan Sovia meninggal gara-gara minum itu."
Ucapan
Selin cukup mengejutkan Grace hingga ia tersedak.
"Kamu
ini bicara apa sih, Lin"
Ucap
Grace sedikit ngegas.
"Loh
kok kamu sensi sih, kan emang bener si Sovia meninggal gara-gara abis minum
cheese tea"
Usai
obrolan tersebut Grace bergegas meninggalkan kantin.