LPM Mayantara

LPM Mayantara

CERPEN-The Enigma (Part 1)

Ilustrasi. (Foto: pexels.com)


Penulis: Mutiari Putri Pinasti 

MAYANTARA- Garis polisi yang melintang di SMA Bina Bangsa setelah festival seni siswa selesai diselenggarakan.

Kematian Sovia Anderson Morgan, putri seorang mafia besar bernama Daniel Morgan menimbulkan banyak tanda tanya.

Semua siswa terutama teman dekat Sovia merasa terpukul atas kematiannya yang mendadak.

Sovia terkenal sebagai gadis yang ceria, hangat, cerdas, dan tidak pernah sombong meski ia lahir dari keluarga konglomerat.

Ia juga anak bungsu kesayangan ayahnya.

Saat itu, setelah ia meminum segelas cheese tea tiba-tiba mulutnya berbusa seperti orang yang keracunan.

Namun jika benar minuman itu beracun, siswa lain tak ada yang mengalami kejadian serupa.

Daniel mengerahkan semua pesuruh untuk terus menelusuri kematian putrinya.

Ia tak tinggal diam melihat kematian putrinya yang tak wajar itu. 

Ketika semua dihebohkan dengan kematian Sovia, hanya Grace Aurora yang nampak tenang.

Grace adalah salah satu siswi yang tak menyukai Sovia, semua itu terjadi saat mereka berdua naik ke bangku SMA namun Sovia mencampakan hatinya ketika mendapatkan temen baru yaitu Issabela dan Natalie.

Hatinya terasa tersayat melihat sahabatnya dari kecil sampai hati melakukan hal seperti itu, apalagi melihat banyak sekali pujian dari para guru dan ketika pria pujaan hati Grace juga turut menyanjung Sovia.

Hari demi hari Penelusuran tentang kematian Sovia terus berlanjut, namun masih tak kunjung menemukan jawaban.

Setelah kejadian itu, seluruh siswa SMA Bina Bangsa sering kali seperti melihat Sovia datang lagi ke sekolah padahal semua sudah mengetahui jika Sovia telah meninggal.

Siswa siswi di sana juga kerap menerima teror yang entah siapa dan dari mana pengirimnya.

Mereka semua meyakini bahwa itu adalah arwah Sovia yang tengah mencari pembunuh dirinya.

Lain tempat, di kediaman Daniel Morgan yang masih berduka atas kematian putri bungsunya.

Olivia Anderson Morgan yakni putri sulung Daniel pun juga turut bersedih melihat kematian adik kandungnya yang secara tiba-tiba itu.

Namun, selang beberapa waktu Olivia menuju kamarnya dilantai atas.

Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat kemudian menelepon seseorang yang entah itu siapa.

"Misi kita sudah dimulai, apa yang akan kita lakukan selanjutnya" Ucap seseorang dari seberang.

"Biar aku yang melakukan rencana selanjutnya" Usai menjawab tersebut, Olivia menutup obrolannya.

Sambil tersenyum sinis, Olivia memandang foto dirinya bersama Sovia semasa kecil sambil bergumam "Sekarang sudah tidak ada lagi yang akan menggantikan posisiku sebagai putri kesayangan di keluarga ini."

Entah sandiwara apa yang tengah dimainkan oleh Olivia kali ini.

Keesokan harinya, Issabela dan Natalie berangkat sekolah bersama.

Setelah kematian Sovia, mereka berdua juga jarang pergi keluar bahkan hanya sekedar nongkrong di kafe seperti yang sering mereka lakukan dulu.

Selang beberapa waktu Issabela menerima telepon dari nomor asing dan ia segera mengangkatnya.

"Haloo"

"Kamu harus mati" Suara dari telepon Issabela

"Apa maksud kamu? Siapa ini?" Sahut Issabela mendengar kalimat yang mengejutkan tersebut.

Belum sampai dijawab namun telepon sudah dimatikan secara sepihak.

Wajah Issabela nampak pucat pasi, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.

"Apa yang terjadi denganmu? Apa yang orang itu katakan bell?" Tanya Natalie dengan penasaran

"Tidak,aku tidak apa-apa." Sahut Issabela.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas.

Issabela nampak gugup dan jalan tergesa-gesa menuju rooftop di sekolahnya.

Disana ia bertemu dengan seorang wanita yang memakai baju serba hitam dan mengenakan masker, sampai tak nampak siapa sebenarnya orang yang Issabela temui secara diam-diam itu.

Entah apa yang mereka bicarakan di sana.

Tak lama kemudian ada suara langkah kaki mendekat, wanita misterius yang Issabela temui tersebut segera bersembunyi.

"Bell, kamu ngapain disini sendirian?" Tanya Natalie.

"Ehh, Nat. Lagi cari angin aja nih" Jawab Issabela dengan wajah gugup.

"Yaudah ke kelas aja yuk, bentar lagi pelajarannya pak Arif loh ntar kalo telat bisa dihukum kita."

Issabela pun mengangguk lalu mereka bergegas pergi ke kelas.


Usai jam pelajaran para siswa pun istirahat.

Ada yang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sedari jam pelajaran sudah lapar, ada yang pergi ke perpustakaan, ada pula yang hanya di ruang kelas untuk memakan bekal yang mereka bawa dari rumah.

Terlihat Grace yang tengah berjalan menuju kantin.

Ia membeli segelas cheese tea favoritnya saat di kantin.

"Hai, Grace" sapa seorang gadis.

"Oh, hai Selin" sambungnya.

"Eh, kamu ga takut apa beli cheese tea. Kan Sovia meninggal gara-gara minum itu."

Ucapan Selin cukup mengejutkan Grace hingga ia tersedak.

"Kamu ini bicara apa sih, Lin"

Ucap Grace sedikit ngegas.

"Loh kok kamu sensi sih, kan emang bener si Sovia meninggal gara-gara abis minum cheese tea"

Usai obrolan tersebut Grace bergegas meninggalkan kantin.

Semenjak kematian Sovia di hari itu, Grace nampak aneh dan seringkali gugup jika ada yang membahas kaitannya dengan kematian Sovia. (BERSAMBUNG)